Program Dana Desa yang digagas Presiden Joko Widodo melalui Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (kemendes PDTT) untuk membangun dari pinggiran kini telah menuai manfaat. Tak terkecuali, Desa Benua Kencana, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Meski masih sulit akses transportasi dan menempuh perjalanan hingga 2 jam 30 menit menembus hutan. Desa Benua Kencana sangat fokus terhadap dunia pendidikan. Selain digunakan untuk infrastruktur, ekonomi dan kesehatan, dana desa pun tak luput dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di desa.
Menurut Kepala Desa Benua Kencana, Musmuliadi, di desa yang seluas 3.228,7 hektare ini, terdapat 2 SD, yakni SDN 26 Sungai Kura dan SDN 12 Ansok. Dana desa yang diberikan oleh pemerintah pusat pun digunakan untuk membantu mendukung Program Kinerja dan Akuntabilitas (Kiat) Guru di kedua SD tersebut.
|
Dengan program ini guru mendapatkan tunjangan atas kinerja mereka. Sehingga tak ada lagi guru mangkir yang biasa terjadi di pelosok daerah. Malahan, guru yang berkinerja baik maka akan semakin sejahtera.
"Ada anggaran untuk KIAT Guru, jadi program penilaian guru, kinerja guru, istilahnya jam kerja mereka ada tim pengawasan, jadi ada reward gitu buat guru yang kinerjanya bagus itu. Itu kita alokasikan sebesar Rp 21 juta untuk 2 SD di Desa Benua Kencana, yakni SDN 12 Ansok dan SDN 26 Sungai Kura," ujar Musmuliadi saat ditemui detikcom di kediamannya, Kamis (30/9/2019).
Yeni Oktavia salah seorang guru SDN 26 Sungai Kura pada awalnya cukup prihatin saat pertama kali datang mengajar ke Desa Benua Kencana. Sebagai guru pendatang dari Padang, wanita berhijab ini mengaku tak betah awalnya karena berada di tempat terpencil tanpa adanya sinyal untuk berkomunikasi.
|
"Pertama kami datang ke sini agak-agak sangat sedih sekali. Tapi karena tugas datang dari Pemerintah jadi di manapun kami ditetapkan, kami tetap siap sedia," ujarnya.
Oleh karena itu, program Kiat guru ini tentu sangat membantu untuk meningkatkan kualitas pendidikan di desa tersebut. Para guru tak perlu memikirkan kesejahteraan lagi dan fokus mengajar para siswa menjadi sosok yang berguna di masa depan, walaupun berada di pedalaman dengan segala kekurangan.
"Meski begitu, di sini juga banyak yang berprestasi setelah sekolah di sini. Kan saya mengajar semua pelajaran di sini, ada juga anak-anak yang berprestasi, contohnya seperti sampai ke tingkat kabupaten itu mata pelajaran IPA, Juara III mata Pelajaran IPA se-Kabupaten Sintang kelas 5 waktu itu," ujarnya.
Fl Yan (78) salah seorang tokoh pendiri SDN Sungai Kura ini mengaku bangga kini SD yang dulunya hanya dua buah bangunan kosong, bisa melahirkan orang-orang berpendidikan. Bahkan, menurut mantan kepala sekolah SDN Sungai Kura selama 17 tahun ini, SD tersebut sudah melahirkan sosok pemimpin, yakni Bupati Melawi. Dengan begitu, ia berharap hal ini akan menjadi penyemangat anak-anak SD mengikuti jejak beliau.
Ia pun memiliki pantun yang terus akan diingat sepanjang hidupnya. "Rumah baru berdinding kulit. Itulah SD Sungai Kura. Kalau Anda belum tahu. Dari celah-celah dinding inilah keluar para sarjana.. Rumah baru berlantai bambu. Itulah ciri khas SDN Sungai Kura.. Kalau Anda belum tahu. Dari celah-celah dinding inilah muncul seorang bupati," ujarnya.
Foto: Akfa Nasrulhak
|
Fl Yan menceritakan, SDN 26 Sungai Kura asal mulanya adalah SD bantuan yang didirikan tahun 1957, kemudian di tahun 1980 berubah menjadi SD swasta Sungai Kura sampai tahun 2009 dan 2009 pun diubah lagi menjadi SD Negeri 26 karena kehendak pemerintah.
Di SDN 26 Sungai Kura ini terdapat pemondokan bagi siswa-siswa yang bertempat tinggal jauh dari SD tersebut. Jika tak ada pemondokan tersebut, para siswa harus menempuh jalanan terjal sekitar 3-4 jam berjalan kaki. Saat ini, pemondokan alias rumah singgah di dekat SDN 26 Sungai Kura berjumlah 18 rumah, dengan siswa 34 orang dari Desa Riam Batu. Dengan adanya rumah ini, mereka bisa bersekolah tanpa harus menempuh perjalanan jauh dan ekstrem dari rumah ke sekolah.